Jumat, 17 Oktober 2008

TUGAS STRATEGI MPR

WOM....,MARKETING

Not Just to Make Customers Talking

B

agaimana menciptakan Word-Of-Mouth yang efektif? Belakangan ini Word of mouth mengalami perkembangan yang luar biasa dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian, apakah word of mouth hanya sekedar mengharapkan konsumen membicarakan produk kita?

Salah satu fenomena word of mouth di tahun 2007 dengan memanfaatkan pelanggan untuk merekomendasikan dan menjual produk adalah program agen 1000 sunlight. Apa yang menarik? Selama ini jika kita membicarakan tentang word of mouth selalu dan sangat sering dihubungkan dengan produk makanan seperti restoran dan sejenisnya.

Banyak masyarakat dan pemasar yang menganggap bahwa word of mouth hanya bisa dijalankan oleh mereka yang bergerak di indusri makanan. Hal tersebut tentu saja tidak salah karena kategori produk itu berhasil menciptakan word of mouth di sebabkan oleh produk leadership. Dengan kata lain, mereka memiliki produk yang unggul dengan cita rasa yang enak sehingga banyak direkomendasikan.

Jika itu yang terjadi, berarti word of mouth merupakan sesuatu yang natural dan tidak di desain oleh perusahaan atau pemasar. Word of mouth terjadi juga karena disebabkan oleh keunggulan produk. Padahal faktanya, word of mouth dilahirkan justru untuk kepentingan komunikasi pemasaran yang lebih efesien dan kredibel. Word of mouth ditujukan untuk menggantikan program komunikasi pemasaran konvensional sepeti iklan yang sudah mulai kehilangan kredibilitas dan terlalu memakan biaya.

Word of mouth berawal dari suatu yang sifatnya natural, tidak terencana dan akhirnya berkembang menjadi bagian dari promotion mix yang dapat di desain dan direcanakan layaknya melakukan rencana komunikasi pemasaran lainnya seperti iklan dan even. WOMMA, (Word Of Mouth Marketing Association) sebuah organisasi resmi yang membahas perkembangan konsep, teori dan etika di bidang word of mouth sudah ada sejak empat tahun yang lalu, dimana WOMMA menentukan standard pelaksanaan dan pengembangan program word of mouth bagi para pemasar di seluruh belahan dunia.

WOMMA, mendefenisikan word of mouth sebagai usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk/merek kita kepada pelanggan lainnya. Lalu, mengapa word of mouth mengalami perkembangan yang luar biasa 4 tahun terakhir? Ada beberapa alasan signifikan yang lupa perlu disadari oleh para pemasar. Pertama, the growth of consumers’ power. Konsumen memiliki kekuatan yang luar biasa dengan banyaknya media elektronik, media cetak, medai internet dan media bergerak (mobile phone) membuat konsumen mudah mencari semua informasi tentang sebuah produk/merek.

Di sisi lain, konsumen semakin mudah mengutarakan kesalahan, opini dan komplain kepada masyarakat umum melaui media. Hal ini mengakibatkan pemilik produk/merek tidak dapat lagi menutupi segala informasi negatif dan tidak dengan mudah “mengakali” pelanggan.

Kedua, cluttered media. Tidak hanya di dunia, di Indonesia juga terjadi pertumbuhan media baik stasiun televisi nasional atau lokal termasuk juga media cetak seperti majalah dan surat kabar. Dengan semakin banyaknya media tersebut pemasar jadi semakin sulit untuk menentukan media yang efektif dan pelanggan juga sulit menemukan sumber yang relevan. Inilah yang membuat word of mouth mengambil alih peranan iklan.

Ketiga, presurre to marketing accountability. Belakangan ini banyak perusahaan meminta pertanggungjawaban bagian pemasaran dalam hal alokasi dan efektivitas anggaran. Mulai muncul berbagai pengukuran seperti return on marketing investment (ROMI) yang mempertanyakan efektivitas iklan dan program komunikasi lainnya.

Ketiga hal tersebut di atas akhirnya memicu para pemasar mencari alternatif kreatif untuk menjalankan prorgaram komunikasi pemasaran yaitu word of mouth. Namun demikian, apakah word of mouth hanya sekedar mengharapkan konsumen membicarakan produk kita?

Dari perspektif strategi dan fungsi komunikasi pemasaran, word of mouth terdiri dari tiga level. Level pertama adalah word of mouth yang membuat konsumen membicarakan produk/merek kita (word of mouth to make your customers do the talking). Level pertama ini merupakan word of mouth paling mendasar yang sering terjadi dan dilakukan oleh para pemilik merek, namun sayangnya level ini seringkali tidak berhubungan langsung dengan penjualan.

Level kedua adalah word of mouth yang membuat konsumen mempromosikan produk kita (word of mouth to make your customers do the promotion). Program seperti ini biasanya hanya fokus pada bagaimana pelanggan mengajak teman-temannya untuk mendatangi sebuah outlet atau tempat pembelian. Kegiatan komunikasi seperti ini biasanya tidak mempengaruhi penjualan selain hanya menambah kehebohan dan jumlah antrian.

Level ketiga adalah word of mouth yang membuat konsumen menjual produk kita (word of mouth to make your costumers do the sellling). Ini merupakan tahapan word of mouth yang paling penting bagi sebuah perusahaan. Level pertama dan kedua tidak berhubungan sama sekali dengan market share, padahal kegunaan word of mouth adalah untuk menghasilkan komunikasi pemasaran yang membantu untuk menjual.

Word of mouth adalah bagian dari komunikasi pemasaran, yng menjadi salah satu alternatif dari promotion mix sehingga menghasilkan pemasaran yang lebih efektif dan menjual.

HIDUP SEHAT LANGSING DAN AWET MUDA

K

egemukan adalah masalah besar yang dihadapi oleh para wanita terutama yang tinggal di kota-kota besar. Kegemukan ini disebabkan karena berbagai macam, antara lain :

· Pola makan yang berlebihan, akibat tersedia berbgai variasinya makanan dan mudah di dapat.

· Kurangnya aktivitas olahraga, di karenakan kesibukan yang tinggi.

· Hal ini sering terjadi pada wanita saat merencanakan keluarga. Peningkatan berat badan yang berlebihan paada saat kehamilan dan berat badan sesudah kehamilan sulit kembali mendekati berat badan sebelum hamil.

Kegemukan erat hubungannya dengan :

-Mempercepat proses penuaan

-Penyakit – penyakit degeneratif :

· Stroke

· Hipertensi

· Peningkatan Kolesterol dan Tringliserida

· Diabetes

· Penyakit jantung

· Kelainan Hormonal

· Kanker (keganasan)

· Osteoarthritis

· Asam urat (GOUT)

Begitu pentingnya masalah “kegemukan” ini, maka perlu dibuat perencanaan makanan dan pola aktivitas, terutama saat :

· Wanita usia remaja

· Wanita pada saat proses kehamilan

· Wanita pada saat sudah tidak menyusui

Ada dua cara pengukuran kegemukan anda yaitu :

1. Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT = Berat Badan dalam Kg

(Tinggi Badan dalam meter)⁴


< style=""> Berat Badan Kurang


18,5 – 22,9 Berat Badan Normal

23 – 24,9 Berat Badan Berlebih

>25 Obesitas

2. Lingkar Pinggang

Standar Normal Asia Pasific

Pria <>

Wanita <>

Bila salah satu atau kedua pengukuran di atas normal maka kemungkinan Anda termasuk dalam kategori “Kegemukan.” Segera konsultasikan masalh “Kegemukan” Anda ke dokter Spesialis Gizi, supaya :

· Anda tetap langsing, sehat dan awet muda

· Anda jangan salah diet, karena salah diet dapat berakibat fatal bagi kesehatan.

TUGAS EDITORIAL 2

Harga Saham Jatuh

Hari-hari terakhir ini indeks harga saham gabungan (composite index) di seantero bursa dunia terus mengalami kejatuhan. Bergugurnya harga saham dunia itu didakwa karena lemahnya perekonomian Amerika Serikat. Bahkan dikatakan memasuki tahap awal resesi, yang kemudian secara domino kejatuhan harga saham melebar ke bursa-bursa regional, tak terkecuali Bursa Efek Indonesia.

Semua indeks saham jatuh dan harga saham pun menjadi murah. Ada investor yang tunggang langgang, namun tak sedikit yang tegar. Bahkan investor yang rasional dan berinvestasi untuk jangka panjang justru berteriak, saatnya membeli. Logika yang mereka gunakan sangat sederhana,”Bukankah murahnya harga saham berarti peluang memiliki saham dengan sedikit uang?”

Kegiatan investasi bisa di artikan sebagai sebuah akivitas meningkatkan nilai modal yang ditanam pada produk tertentu, dengan kurun waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan investor. Dalam berinvestasi investor perlu menetapkan tujuan investasinya, lama periode investasi serta tingkat keuntungan yang akan dicapai. Perlunya mematok faktor-faktor yang menjadi tujuan investasi tersebut menjadi pelajaran utama dalam berinvestasi agar investor sudah siap bila bursa saham kemudia volatile (turun naik secara ekstrem), tapi seblaiknya berfikir secara tenang dan logis.

Diantara banyaknya investor yang tunggang langgang dalam bursa saham seperti ini ada investor yang justru asyik menjadi kolektor saham, dengan uang yang sedikit. Kenapa dengan sedikit uang? Karena harga saham memang tengah murah-murahnya. Kalau diasumsikan ketika pasar bullish uang 10 juta rupiah hanya bisa membeli beberapa lot saham saja, tapi dengan harga saham yang sudah terpangkas belasan persen tentunya belasan lot sudah bisa dibeli. Bahkan mungkin saja jenis saham yang berbeda-beda.

Lalu bagaimana kalau saham yang dibeli turun terus? Para investor ini memandang hal itu sangat mudah saja, disimpan saham tersebut untuk jangaka panjang. Disimpan setahun bisa memperoleh deviden. Lalu, sejalan dengan pembagian deviden, hampir pasti harga saham akan meningkat, sehingga peluang capital gain untuk diperoleh juga semakin terbuka. Jadi, kenapa capital loss di tengah bearish? Apalagi dengan adanya intervensi Presiden Amerika Serikat dalam mengatasi perlambanan ekonominya, sangat mungkin harga saham akan kembali meroket.

Jadi aspek psikologis seperti kondisi saat ini merupakan perkara lumrah bagi industri yang namanya pasar modal. Sebuah sejarah yang berulang, begitu para technical analyst mencatatnya. Karena sebagai investor tak perlu ragu. Untuk itu pastikan tujuan investasi anda, lalu bersegeralah memilah-milah saham yang sudah murah, dengan cukup membawa sekdikit uang. It’s time to buy?

TUGAS EDITORIAL

Kebijakan Ekonomi Nasioanal

Tak ada yang menyangkal perekonomian saat ini banyak terbentur berbagai macam persoalan, terutama gejolak yang terjadi di dunia. Fluktuasi harga pasar di dunia, mulai bahan bakar sampai bahan pangan, selalu menghantui setiap perekonomian kita. Begitu seringnya, hingga perekonomian terkesan rentan terhadap gejolak dunia.

Bukan cuma itu. Perekonomian kita seperti tidak memiliki pegangan yang pasti, karena setiap tindakan dan kebijakan yang diambil nyaris selalu bersifat reaktif. Ketika harga bahan bakar di pasar internasional mengalami kenaikan, maka yang disasar sebagai langkah antisipasinya adalah mengutak-atik anggaran, khususnya terkait jumlah subsidi. Anggaran belanja negara siap diubah, siap pula untuk tidak disentuh, tidak ada kepastian.

Sama hal nya saat harga bahan pangan di pasar internasional bergejolak dan menyebabkan kenaikan harga pasar domestik, maka dengan mudah keputusan impor diambil. Alasannya untuk memenuhi stok dalam negeri sekaligus menstabilkan harga. Seolah menjadikan impor sebagai solusi, harga bisa secepatnya stabil dan semua persoalan selesai.

Akibatnya, kita jarang sekali melihat ada kebijakan yang diberlakukan secara berkesinambungan. Setelah merasa siap dengan utak-atik subsidi dalam anggaran, rasanya kita tidak melihat ada kebijakan lanjutan yang mampu mengantisipasi dampak gejolak yang terjadi di dunia. Impor dianggap mampu mangatasi gejolak harga, tapi minim sekali kebijakan lanjutan yang mampu membuat kita meningkatkan produksi dan pasokan sendiri. Kita sepeti menyerah begitu saj pada kehendak pasar. Perekonomian kita bebar-benar sedang terseret arus pasar bebas. Sampai-sampai kita tidak mampu lagi melihat prioritas kebijakan perekonomian, menjadi negara industri atau negara agraris yang mampu hidup dari komoditas pertanian.

Indonesia pernah mampu mencapai swasembada pangan, terutama beras, saat almarhum mantan presiden Soeharto masih berkuasa. Sedangkan kini kita harus mengimpor hanya sekedar untuk memenuhi stok. Kita seperti kehilangan arti ‘intensifikasi’ dan ‘ekstensifikasi’ demi meningkatkan produksi dalam negeri. Kita seperti alergi dengan kata ‘proteksi’ meski untuk melindungi usaha kecil dan petani sendiri.

Negara ini butuh kebijakan ekonomi nasional yang kuat terkait pengembangan perekonomian dalam negeri, sehingga tak lagi rentan terhadap fakor eksternal. Kita butuh prioritas pembangunan ekonomi, kebijakan berkesinambungan dan bukan parsial. Kekuatan kunci perekonomian perlu diidentifikasi, jadikan prioritas, lalu dilindungi dan dikembangkan dengan kebijakan berkesinambungan. Tak perlu malu memetik pelajaran dari keberhasilan masa lalu.