Jumat, 17 Oktober 2008

TUGAS EDITORIAL 2

Harga Saham Jatuh

Hari-hari terakhir ini indeks harga saham gabungan (composite index) di seantero bursa dunia terus mengalami kejatuhan. Bergugurnya harga saham dunia itu didakwa karena lemahnya perekonomian Amerika Serikat. Bahkan dikatakan memasuki tahap awal resesi, yang kemudian secara domino kejatuhan harga saham melebar ke bursa-bursa regional, tak terkecuali Bursa Efek Indonesia.

Semua indeks saham jatuh dan harga saham pun menjadi murah. Ada investor yang tunggang langgang, namun tak sedikit yang tegar. Bahkan investor yang rasional dan berinvestasi untuk jangka panjang justru berteriak, saatnya membeli. Logika yang mereka gunakan sangat sederhana,”Bukankah murahnya harga saham berarti peluang memiliki saham dengan sedikit uang?”

Kegiatan investasi bisa di artikan sebagai sebuah akivitas meningkatkan nilai modal yang ditanam pada produk tertentu, dengan kurun waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan investor. Dalam berinvestasi investor perlu menetapkan tujuan investasinya, lama periode investasi serta tingkat keuntungan yang akan dicapai. Perlunya mematok faktor-faktor yang menjadi tujuan investasi tersebut menjadi pelajaran utama dalam berinvestasi agar investor sudah siap bila bursa saham kemudia volatile (turun naik secara ekstrem), tapi seblaiknya berfikir secara tenang dan logis.

Diantara banyaknya investor yang tunggang langgang dalam bursa saham seperti ini ada investor yang justru asyik menjadi kolektor saham, dengan uang yang sedikit. Kenapa dengan sedikit uang? Karena harga saham memang tengah murah-murahnya. Kalau diasumsikan ketika pasar bullish uang 10 juta rupiah hanya bisa membeli beberapa lot saham saja, tapi dengan harga saham yang sudah terpangkas belasan persen tentunya belasan lot sudah bisa dibeli. Bahkan mungkin saja jenis saham yang berbeda-beda.

Lalu bagaimana kalau saham yang dibeli turun terus? Para investor ini memandang hal itu sangat mudah saja, disimpan saham tersebut untuk jangaka panjang. Disimpan setahun bisa memperoleh deviden. Lalu, sejalan dengan pembagian deviden, hampir pasti harga saham akan meningkat, sehingga peluang capital gain untuk diperoleh juga semakin terbuka. Jadi, kenapa capital loss di tengah bearish? Apalagi dengan adanya intervensi Presiden Amerika Serikat dalam mengatasi perlambanan ekonominya, sangat mungkin harga saham akan kembali meroket.

Jadi aspek psikologis seperti kondisi saat ini merupakan perkara lumrah bagi industri yang namanya pasar modal. Sebuah sejarah yang berulang, begitu para technical analyst mencatatnya. Karena sebagai investor tak perlu ragu. Untuk itu pastikan tujuan investasi anda, lalu bersegeralah memilah-milah saham yang sudah murah, dengan cukup membawa sekdikit uang. It’s time to buy?

Tidak ada komentar: